Sabtu, 04 April 2009


PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Oleh. M. Nasir Tamalene





I. PENDAHULUAN
Setiap praktik pendidikan atau pengajaran sesungguhnya, disadari atau tidak, selalu memiliki landasan teoritis-filosofis belajar, mengenai apa itu proses belajar dan apa itu pengetahuan।Dalam dunia pendidikan belajar tidak hanya di sekolah saja, tetapi terjadi ditiga pusat yang lazim disebut dengan Tri Pusat pendidikan. Tri usat pedidikanadalah tempat anak mendapatkan pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, baik yang bersifat formal maupun non formal yaitu, (1) pendidikan dalam keluarga yang biasa disebut dengan pendidikan informal, (2) pendidikan sekolah (formal), dan (3) pendidikan dalam masyarakat (non formal). pendidikan informal, peran anggota keluarga sangat besar, terutama orang tua orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama। Dalam budaya gender, pendidikan informal biasa diperankan oleh ibu, walaupun anak itu tanggung jawab
ibu dan ayah secara bersama. Namun dalam teori pembagian kerja secara seksual(Budiman, 1985) mengemukakan bahwa secara budaya pendidikan dan pengasuhan anak diperankan pada ibu, sedangkan pencari nafkah diperankan pada sang ayah.Setujukah Anda jika budaya seperti itu masih tetap dipertahankan di zaman modern seperti sekarang ini? Tugas kita sebagai guru (tenaga pengajar), untuk memulai menggeser budaya tersebut, agar bangsa kita baik laki maupun perempuan bisa maju bersama sesuai kemampuan masing-masing.
Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif dari suatu kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktifitas seseorang. Dengan demikian belajar bukan sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja, tetapi juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, kemampuan individu terbangun melalui proses interaksi yang terus menerus dan menyeluruh dengan lingkungannya. Apa yang dipikirkan dan yang dipelajari seseorang diawali dari pengamatan, sedangkan belajar dan berpikir pada dasarnya melakukan perubahan struktur kognitif. Dari beberapa tokoh pengikut aliran ini, yang akan dibahas adalah Piaget, Ausubel. Selanjutnya akan dibahas tentang teori-teori belajar diantaranya: teori behaviorisme, humanisme dan konstruktivisme

II. TEORI-TEORI BELAJAR

A. Teori belajar behaviorisme
a. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Dalam teori ini manusia adalah sebagai produk lingkungan. Kepribadian manusia dibentuk oleh lingkungan. teori ini selanjutnya dikenal dengan nama teori belajar SR karena dikatakan sebagai proses hubungan langsung antara stimulus yang datang dengan respon yang ditampilkan oleh individu.
Kerangka berfikir teori ini adalah sebagai berikut :

Hubungan langsung
S R
(koneksi)

Respon tertentu akan muncul dari individu jika diberi stimulus dari luar. S adalah singkatn dari stimulus. Sedangkan R adalah singkatan dari respon. Orang akan berekasi jika diberikan rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang lama, akan berakibat pada berubahnya perilaku individu. Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement).


Teori - teori belajar yang termasuk behaviorisme antara lain :

a.Teori belajar koneksionisme atau dikenal dengan psikologi behaviorisme (Edward Lee Thorndike, 1874-1949 )

Belajar adalah peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan ( trials ) dan kegagalan-kegagalan ( errors ) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trials and errors learning atau selecting and connecting learning “
Seorang pendidik & psikolog berkebangsaan Amerika, mengemukakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi –asosiasi antara peristiwa- peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi berbuat, sedang respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Teori belajar yang dikemukakan Thorndike sering disebut dengan teori koneksionisme teori asosiasi. Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus & respon mengikuti hukum- hukum :
Hukum kesiapan (Law of readiness), semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Hukum latihan (Law of exercise), semakin sering suatu tingkah laku diulang\ dilatih (digunakan) maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Hukum akibat (Law of effect), hubungan stimulus respon cenderung diperkut bila akibatnya menyenangkan & cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

Tambahan hukum Thorndike :
a.Hukum Reaksi Bereaksi (Multiple Response)
b.Hukum Sikap (Set Attitude)
c.Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
d. Hukum Respon by Analogy
e.Hukum Perpindahan Asosiasi

Beberapa revisi hukum belajar :
Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon sebaliknya tanpa pengulangan hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.
Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan , tetapi adanya saling sesuai antara stimulus & respon.
Akibat suatu perbuatan dapat menular (Spread of Effect) baik pada bidang lain maupun pada `individu lain.

b.Operant conditioning / pembiasaan operan ( Skinner, 1904-1990 )
Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yang memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan ( penguatan positif atau negatif atau negatif ) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berualang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) & menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning yang berkebangsaan Amerika. Gaya mengajar guru dilakukan secara searah & dikontrol melalui pengulangan (drill) & latihan (exercise). Manajemen kelas menurut Skinner :berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification ) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan & tidak memberi ingatan apa pun pada perilaku yang tidak tepat. Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement) maksudnya pengetahuan yang terbentuk melalui ingatan stimulus- respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan.
Skinner membagi penguatan menjadi 2 yaitu penguatan positif & penguatan negative. Bntuk –bentuk penguatan positif :hadiah, permen, kado, makanan,perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol)\ penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negative menunda\tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan menunjukkan perilaku tidak senang

Beberapa Prinsip Belajar Skinner:
Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa ,jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat
1.Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
2.Materi pelajaran digunakan system modul
3.Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri
4.Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk ini lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman
5.Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah & hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer
6.Dalam pembelajaran digunakan shaping
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner :penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa & sebagai hukumannya anak merasakan sendiri konsekuensinya dari perbuatannya. Kesalahan dalam penguatan positif terjadi dalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking juara dikelas yangmengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.

Percobaan Skinner
Dalam sebuah laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar ( hunger drive ), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemaro untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan ke luar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilakuyang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan hasil percobannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajra adalah penguatan ( reinforcement ). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalaui stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan negatif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku, sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang

c.Teori belajar sosial dari Albert Bandura
Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi perilaku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. (Lihat Bigge, 1984; dan Tan, 1981: 203-210).
Teori belajar sosial Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru sikap dan reaksi orang lain. Bandura ( 1977 ) menyatakan bahwa : “Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling, from observing others one forms an idea of how new behaviors are performed and on later occasions this coded information serves as guide for action.”. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Belajar adalah proses perubahan perilaku yang dibentuk melalui umpan balik informatif yang dihasilkan oleh perilaku langsung individu dalam interaksinya dengan lingkungannya, misalnya melalui melihat, mengamati, dan bahkan meniru orang lain di sekitarnya. Dengan demikian maka peristiwa belajar bisa menyenangkan, menyedihkan, atau bisa apa saja sesuai dengan kondisi mental orang yang sedang belajar tadi.
Proses perubahan dengan pola belajar sosial ini banyak kaitannya dengan besarnya kondisi lingkungan sekitar yang mempengaruhi individu. Misalnya seorang yang hidupnya dan dibesarkan di lingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau setidaknya menganggap bahwa judi itu tidak jelek. Jika orang hidup dalam lingkungan media dan sumber-sumber informasi, maka orang yang bersangkutan akan menyenangi informasi, atau setidaknya banyak tahu akan informasi dan sumber-sumber informasi. Orang akan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya.

Kekurangan dan kelebihan
Pembelajaran pada siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada asil yang dapat diamati dan diukur sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting dalam penerapan kondisi behavioristik. Pnerapan teori behavioristik juga mengakibatkan terjadinya pross pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yi guru sbg sentral bersikap otoriter komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menntukan apa yang harus murid pelajari. Murih dipandang pasif prlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan dari guru.
Metode ini cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktwek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek dan daya tahan dsb.

b. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik
Dalam teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirearki dan sederhana sampai pada kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapain suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.Evaliuasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.

c. Kelebihan Teori Behavioristik
Metode Behavioristik ini mempunyai banyak kelebihan diantaranya yaitu sangat cocok untuk pemerolehan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya. Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Kelemahan Teori Behavioristik
1)Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik dan hanya berorientasi hasil yang dapat diamati dan diukur. Sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik
2)Penerapan metode ini yang salah akan mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menentukan apa yang harus dilakukan oleh murid. Murid dipandang pasif.
3) Murid hanya mendengarkan dengan penjelasan dari guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif.
4)Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling evektif untuk menertibkan siswa.


B.Teori Humanisme
a. Pengertian Teori Belajar Humanisme
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi fokus dalam paper ini adalah Carl Rogers.
Tokoh-Tokoh Teori Humanistik

1. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Ransom Rogers
Teori Humanistik Carl Rogers
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.

Asumsi dasar teori Rogers adalah:
- Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
- Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan self.

1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
Mahkluk hidup
organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal
Realitas Subyektif
Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.

2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.

3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.

Diri dibagi atas 2 subsistem :
Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri. trjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat.

Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:

Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran.
- Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
- Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
- Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.

Kebutuhan
- Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah.
- Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
- Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.

Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
- ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
- Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
- Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.

Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang.

Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul mendadak atau dapat pula muncul bertahap.

Dinamika Kepribadian
1.Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).

Perkembangan Kepribadian

Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
1.Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.
2.Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.
3.Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.
4.Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.
5.Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.

Terapi yang Diberikan
Seperti disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan behavioris dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda. Rogers tidak mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun lebih menekankan bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai person-centered theory.

Kesimpulan Teori Humanistik Carl Rogers

1. Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2. Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
3. Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
4. Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
5. Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2) penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik.
6. Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan

Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.

- Realitas di dalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

- Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.


- Pengertian yang empati
Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
Merespon perasaan siswa
1.Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
2.Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
3.Menghargai siswa
4.Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
5.Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
6.Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Implikasi Teori Belajar Humanistik
a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):

1.Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7.Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6.Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

Prinsip- prinsip belajar humanistic:

1. Manusia mempunyai belajar alami
2. B elajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10.Belajar sosial adalah belajar mengenai proses


C. Teori Belajar Kognitivisme
a. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme
Pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning) Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning)।Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai। Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide।Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).

b. Beberapa macam konstruktivisme
Von Glaserfeld membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan hubungan pengetahuan dan kenyataan, yakni:

Konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria kebenaran. Bagi kaum radikal,pengetahuan adalah suatu pengaturan atau organisasi dari suatu obyek yang dibentuk oleh seseorang. Menurut aliran ini kita hanya tahu apa yang dikonstruksi oleh pikiran kita. Pengetahuan bukanlah representasi kenyataan. Realisme hipotesis memandang pengetahuan sebagai suatu hypotesis dari suatu struktur kenyataan dan sedang berkembang menuju pengetahuan yang sejati yang dekat dengan realitas. Sedangkan konstruktivisme yang biasa, masih melihat pengetahuan sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek.
Dari segi subyek yang membetuk pengetahuan, dapat dibedakan antara konstruktivisme psikologis personal, sosiokulturalisme, dan konstruktivisme sosiologis. Yang personal dengan tokohnya Piaget, menekankan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh seseorang secara pribadi dalam berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapinya. Orang itu sendiri yang membentuk pengetahuan. Sosiokulturalisme yang ditokohi oleh Vygotsky, menjelaskan bahwa pengetahuan dibentuk baik secara pribadi tetapi juga oleh interaksi sosial dan kultural dengan orang-orang yang lebih tahu tentang hal itu dan lingkungan yang mendukung. Dengan dimasukkannya seseorang dalam suatu masyarakat ilmiah dan kultur yang sudah punya gagasan tertentu, maka orang itu membentuk pengetahuannya. Sedangkan konstruktivisme sosiologis menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh masyarakat sosial. Unsur masyarakatlah yang penting, sedang unsur pribadi tidak diperhatikan.

c. Dampaknya terhadap pendidikan
Dalam pengertian konstruktivisme, belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dibuat sendiri oleh pelajar atau orang yang mau mengerti. Orang itulah yang aktif berpikir, membuat konsep, dan mengambil makna. Guru atau pendidik di sini hanyalah membantu agar proses konstruksi itu berjalan. Guru bukan mentransfer pengetahuan sebagai yang sudah tahu, tetapi membantu agar anak didik membentuk pengetahuannya. Dalam belajar sistem ini, peran murid diutamakan dan keaktivan murid untuk membentuk pengetahuan dinomorsatukan. Semua peralatan, bahan, lingkungan, dan fasilitas disediakan untuk membantu pembentukan itu. Murid diberi kesempatan mengungkapkan pemikirannya akan suatu masalah, tanpa dihambat. Dengan dibiasakan berpikir sendiri dan mempertanggungjawabkan pemikirannya, murid akan terlatih untuk menjadi pribadi yang sungguh mengerti, yang kritis, kreatif, dan rational.

Dalam pengertian konstruktivisme, murid tidak dianggap sebagai suatu tabula rasa yang kosong, yang tidak mengerti apa-apa sebelumnya. Murid dipahami sebagai subyek yang sudah membawa "pengertian awal" akan sesuatu sebelum mereka mulai belajar secara formal. Bahkan seorang murid klas 1 SD pun sudah membawa pengetahuan awal mengenai macam-macam hal yang dalam tarafnya berlaku untuk memecahkan persoalan. Pengetahuan awal tersebut, meski kadang sangat naif atau tidak cocok dengan pengertian para ahli, perlu diterima dan nanti dibimbing untuk semakin sesuai dengan pemikiran para ahli. Pemikiran mereka itu meski naif, bukanlah salah; tetapi terbatas berlakunya.

Pihak guru dituntut pengetahuan yang luas dan mendalam, agar dapat memahami jalan pikiran anak. Guru menantang, mempertajam, dan menunjukkan apakah jalan pikiran murid benar. Guru tidak mengklaim bahwa satu-satunya jalan yang benar adalah yang sama dengannya. Kesalahan pemikiran anak diterima sebagai landasan kemajuan. Bukankah perkembangan semua ilmu mulai dari kesalahan, demikian tandas para
konstruktivis. Saya sendiri lebih cenderung bahwa pengetahuan itu dibentuk baik secara pribadi dan sosial, karena setiap situasi dan lingkungan yang berbeda dapat mempengaruhi pembentukan pengetahuan seseorang. Dalam kerangka ini, kegiatan belajar bersama dengan teman, dengan lingkungan ilmiah dan pusat-pusat ilmiah sangat berperan dan perlu dikembangkan. Dr Paul Suparno, M.S.T, dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, doktor pendidikan sains dari Boston University, Amerika Serikat.

d. Prinsip-Prinsip Mengejar Konstruktivisme

Adapun prinsipnya sebagai berikut :
1)Siapkanlah benda-benda nyata untuk digunakan para siswa.
2)Pilihlah pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3)Buatlah kegiatan yang menarik dan berilah siswa kebebasan untuk menyampaikan ide.
4)Tekankan penciptaan pertanyaan-pertanyaan dan masalah demikian pula pemecahannya.
5)Anjurkan para siswa untuk saling berinteraksi.
6)Hindarilah istilah teknik-teknik dan tekankan pada berpikir.
7)Anjurkan para siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.
8)Perkenalkan ulang materi dan kegiatan yang telah berlangsung.]

e. Tahap Pembelajaran dan Metode Konstruktivisme

Adapun tahapannya adalah sbb :
1)Tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa) meliputi : pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
2)Tahap eksplorasi, meliputi : perolehan informasi baru.
3)Tahap diskusi dan penjelasan konsep, meliputi : pemahaman pengetahuan.
4)Tahap pengembangan dan aplikasi konsep meliputi : menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh, melakukan refleksi.

III. Penutup

a. Simpulan
Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru.
Menurut teori humanisme tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

b. Saran

Perlu adanya diskusi yang lebih banyak untuk menetahui teori-teori belajar yang akan diterapkan dalam pembelajran

Daftar Rujukan
Alwilsol (2004), Psikologi Kepribadian, UMM Press
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
Smith, Mark K. , (1997), Carl Rogers, Core Conditions and Education, www. Infred.org/thinkers/et-rogers.htm#intro.
http//. F:\Teori belajar humanisme\Teori Belajar Humanistik « Novina Suprobo’s Weblog.htm
http//. F:\Teori belajar humanisme\humanisasi-pendidikan.html
httpF//Teori belajar humanisme\teori-belajar-konstruktivisme-teori.html
http.//F:\Teori belajar humanisme\TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.htm
http.//F:\Teori belajar humanisme\books.htm

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Oleh M. Nasir Tamalene

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kenyataan sehari–hari sering kita jumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu. Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna.
Teknologi Pembelajaran sebagai profesional dalam bidang desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi sumber dan proses belajar, berkepentingan untuk mensukseskan misi ini, tidak hanya teori tapi juga praktiknya. Peran yang dapat dilakukan oleh teknolog pendidikan dalam konteks ini antara lain adalah mengembangkan aplikasi teknologi pembelajaran dalam pendidikan
Makalah ini disusun untuk mencoba merumuskan praktik-praktik pendekatan dalam pembelajaran. Dengan pemahaman bahwa pendekatan dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dengan memanfaatkan desain Sistem Pembelajarannya,
Pembahasan dalam makalah ini dimulai dengan mendeskripsikan pengertian metode dan pendekatan yang ada dalam Aplikasi pembelajaran serta pendekatan dalam pembelajaran juga sebagai parameter dan bingkai dalam merumuskan desain sistem pembelajaran

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat kami rumuskan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.Bagaimana aplikasi pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran?
2.Bagaimana aplikasi pendekatan sains teknologi dan masyarakat ( STM )
dalam pembelajaran?
C. Tujuan
Dari masalh di atas maka tujuan dari penyususnan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui penggunaan pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran?
2.Untuk mengetahui penggunaan pendekatan sains teknologi dan masyarakat ( STM )dalam pembelajaran?
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.Sebagai bahan informasi bagi guru tentang pentingnya pendekatan dalam pembelajaran
2.Sebagai bahan kajian tentang penggunaan pendekatan dalam pembelajaran


BAB II
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Pendekatan dan Metode
Pendekatan dibedakan dari Metode. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode didkusi dan metode ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru ketika akan memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut. Pada awalnya ia memilih pendekatan lingkungan, berarti ia akan menggunakan lingkungan sebagai fokus pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran lingkungan siswa akan memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah tercemar atau tidak. Untuk merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan mengakhiri pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.

B. Beberapa Pendekatan Pada KBM
Banyak pendekatan yang biasa digunakan dalam pembelajaran biologi diantara sekian banyak pendekatan itu dalam makalah ini akan dibahas 2 pendekatan yaitu sebagai berikut:
I. Pendekatan Kontekstual
Beberapa pendapat tentang konstektual dikemukakan oleh:
1.Nurhadi (2002), mengemukakan, “Pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan penilaian sebenarnya”.
2.Erman Suherman (2003), mengemukakan, “Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Leaning, CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan konstektual lebih menekankan pada authentik assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan.
Pendekatan kontekstual dalam buku Pendekatan Kontekstual yang diterbitkan oleh DEPDIKNAS tahun2002, Pembelajaran Kontekstual (contextual Teching and Leaning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalamkehidupanmerekasehari-hari.
3.Joshua (2003), mengemukakan: “Pembelajaran konstektual adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan belajar yang dituntut dalam pelajaran”. Pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Tugas guru dalam kelas kontekstual ini adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan srtategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Dalam hal ini fungsi fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar denga cara mengalami sendiri bukan menghapal.
Hakikat Pendekatan dalam Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu: konstruktivisme (constractivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (leaning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflekction), dan penilaian yang sebenarnya (autentic assesment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajarannya.
Berikut ini adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual yang terdapat pada Contextuan Teaching And Leaning (Depdiknas, 2002) sebagai berikut:
1) Kontrukstivisme (Constractivism)
Kontrukstivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Maksud konstruktivisme disini adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan idak secara mendadak. Dalam hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Praktisnya yaitu:
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2) Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Praktisnya yaitu:
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

3) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiri), yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diteliti dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Praktisnya yaitu:
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4) Masyarakat Belajar ( Learning Community)
Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam masyarakat belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Praktisnya yaitu:
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Tukar pengalaman.
Berbagi ide
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasnya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara menemukan kata kunci dalam suatu baca, atau dalam membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh siswa atau media yang lainnya. Praktisnya yaitu:
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6) Refleksi (Feflection)
Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti, dan memperbaiki kegagalan, mencari alternatif lain cara belajar (leaning how to learn) dan membuat jurnal pembelajaran adalah contoh refleksi. Praktisnya yaitu:
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7). Penilaian yang Sebenarnya (AutenticAssesmen)
Assesmen otentik adalah penilaian yang dilakukan secara konperhensif berkenaan dengan seluruh aktifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian otentik seharusnya dilakukan dari berbagi aspek dan metode sehingga menjadi obyektif. Misalnya membuat catatan harian melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi, wawancara atau angket untuk menilai asfek afektif dan tes untuk menilai tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar. Dari ketujuh komponen tersebut, pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada dunia kehidupan nyata (real word), berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis masalah nyata, penilaian komprehensif dan pembentukan mausia yang memiliki akal sehat. Praktisnya yaitu:
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Penilaian produk (kinerja).
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
Aplikasi Pendekatan Kontekstual di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1.Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2.kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3.Ciptakan masyarakat belajar.
4.Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5.Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6.Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Kerjasama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis guru kreatif
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

II. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat ( STM )
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (“Science-Technology-Society”) adalah sebuah gerakan pembaharuan dalam pendidikan IPA. Pembaharuan ini mula-mula terjadi di Inggris dan Amerika, sekarang sudah merebak ke negara-negara lain. Pendekatan STM dalam pendidikan IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai pendekatan yang tepat, sebab pendekatan ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi dunia nyata diluar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Hal ini menggambarkan bahwa pendekatan STM dijalankan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa depannya. Pendekatan ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan, pencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi pembelajaran.

Aplikasi Pendekelatan Sains Teknologi dan Masyarakat di Kelas
Pendekatan STM, dalam penerapannya di dalam kelas sesungguhnya tidak membutuhkan konsep ataupun proses yang terlalu unik. Sebagaimana menurut pandangan National Science Teachers Association (1990:1), there are no concepts and/or processes uniqe to STS. Hanya saja, ada beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam pendekatan STM menurut National Science Teachers Association (1990:2) yaitu sebagai berikut:

1.Peserta didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan dampak yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya
2.Menggunakan sumberdaya lokal untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil diidentifikasi
3.Menfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi bagi peserta didik
4.Pandangan bahwa pemahaman terhadap konten sains lebih berharga daripada sekedar mampu mengerjakan soal
5.Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri
6.Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi
7.Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi

Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah suatu bentuk pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, Hidayat (1996: 16) dan Poedjiadi (1994: 9) berpendapat sama bahwa belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan Teknologi dirasakan lebih dekat, dan belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarkat yang ada kaitannya dengan IPA dan teknologi dirasakan lebih punya arti bila dibandingkan dengan konsep-konsep dan teori IPA itu sendiri.
Selanjutnya, Poedjiadi (1994: 9) menyatakan bahwa pendekatan STM menitikberatkan pada penyelesaian masalah dan proses berpikir yang melibatkan transfer jarak jauh. Artinya, menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah pada situasi di luar sekolah yaitu yang ada di masyarakat, misalnya pesawat sederhana, merupakan alat bantu yang dapat memudahkan manusia dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari di masyarakat. Strateginya adalah dengan cara memecahkan masalah isu sosial.
Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan STM memiliki ciri yang paling utama, yang dilakukan dengan memunculkan isu sosial di awal pembelajaran dan guru sebelumnya sudah memiliki isu yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Adalah suatu kekeliruan apabila seorang guru mengajarkan IPA dengan cara mentransfer saja apa-apa yang disebut di dalam buku teks kepada anak-anak didiknya. Hal ini disebabkan apa yang tersurat di dalam buku teks itu baru merupakan satu sisi atau satu dimensi saja dari IPA yaitu dimensi produk. Buku teks merupakan body of knowledge dari IPA, akumulasi hasil upaya para perintis yang terdahulu; tetapi, sisi lain dari IPA yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi proses; maksudnya, proses mendapatkan ilmu itu sendiri. dengan pendekatan STM akan memberikan keuntungan nyata kepada siswa yang ingin meningkatkan literasi sains, yang mempunyai perhatian terhadap sains dan teknologi serta perhatian terhadap interaksi antara Sains Tekologi dan Masyarakat. Pemahaman yang lebih baik dalam sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, bernalar logis, dan memecahkan masalah secara kreatif.

BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatuPendekatan dan metode mengajar yaitu :
• Kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan dan metode.
• Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
• Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
• Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
• Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
B. saran
Perlu adanya diskusi yang lebih banyak untuk menetahui pendekatan-pendekatan yang akan diterapkan dalam pembelajran

Daftar Rujukan
Asep Sugiharto, 2008. Pendekatan pembelajaran \pembuktian-hasil-belajar dalam penggunaan pendekatan konstektual pada sekolah lanjutan tingkat pertama.html
Akhmad Sudrajat, 2008. Pembelajaran Kontekstual « Let’s Talk About Education.htm
Eddy M Hidayat. 1996. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: makalah PPS IKIP
Mutaqin Saiful, 2008. Pendekatan pembelajaran\upaya-peningkatan-prestasi-belajar.html
Prayekt, 2008. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat
Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah Dasar. Education html.
Suryati Atit, 2008. Pendekatan pembelajaran\Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa « . Peta Konsep Anak Bangsa.htm
SUNTIK SILIKON
Oleh: M. Nasir Tamalene

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di Indonesia dampak negatif suntik silikon sebenarnya sudah ada. Masyarakat Indonesia, terutama kaum wanitanya, sudah pasti banyak mendengar banyak kasus akibat suntik silikon.
Pada kebanyakan kasus, silikon cair yang disuntikkan tidak murni. Silikon tersebut adalah untuk industri dan masuk ke Indonesia secara ilegal. Di Amerika Serikat, penggunaan silikon cair untuk manusia telah dilarang sejak tahun 1970-an.
Menurut Sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia (PERAPI) dr Theddeus O.H. Prasetyono MD, sepanjang tiga tahun terakhir anggota PERAPI menangani 249 kasus akibat suntikan silikon, khususnya silikon cair. Kasus tersebut baru 15 persen yang dilaporkan anggota PERAPI. Jumlahnya akan lebih besar lagi karena seperti fenomena gunung es, katanya di Jakarta baru-baru ini seperti dikutip Antara. Penggunaan silikon, khususnya yang cair, untuk tujuan medis sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah sejak tahun 1970. Namun hingga kini masih saja terjadi penyalahgunaan penyuntikan untuk tujuan mempercantik bagian tubuh tertentu para wanita.
Sayangnya banyak wanita yang ingin cantik secara instan, mereka kurang paham seluk beluk silikon. Padahal bahan yang disuntikkan ke tubuh mereka itu adalah silikon untuk industri. Bahkan tak jarang untuk keperluan penambal akuarium. Lebih buruk dari itu, tindakan dilakukan bukan oleh dokter ahli bedah plastik. Tindakan penyuntikan dilakukan oleh tenaga ahli tersebut di klinik biasa atau salon kecantikan. Masyarakat memilih klinik atau salon kecantikan karena berbiaya lebih murah. Bahkan kini beredar kabar, ada yang berani menawarkan jasa suntik silikon cair hanya dengan biaya Rp 100.000.
Sekadar perbandingan, biaya operasi bedah plastik, misalnya, untuk memperindah hidung antara Rp 6 juta hingga Rp 11 juta. Sedangkan di klinik atau salon kecantikan berkisar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. "Umumnya masyarakat tidak tahu kalau pekerjaan itu tidak boleh dilakukan oleh profesi yang bukan dokter spesialis bedah dan biasanya dapat informasi dari rujukan teman atau dari rayuan pelaku. Selain persoalan tersebut, kaum wanita sudah saatnya menyadari bahwa penggunaan silikon cair sudah dilarang. Pelarangan itu mencakup untuk keperluan medis atau pun estetis karena berdampak buruk bagi fungsi organ tubuh. Pakar bedah plastik menyebut dampak negatif itu bisa berupa kulit tubuh menjadi jelek yang disertai warna merah pada bagian luar. Sedangkan dampaknya untuk kesehatan bisa seperti pusing-pusing dan infeksi organ.
Partikel silikon cair yang disuntikkan pada akhirnya akan menumpuk di jaringan dan memicu timbulnya reaksi inflamasi kronik yang disebut silikonoma, karena bentuknya yang cair, silikon cair yang disuntikkan ke organ tubuh akan meresap ke organ tubuh yang lain sehingga dampaknya sangat sulit dikontrol. Silikon cair juga tidak bisa diambil kembali dari jaringan secara menyeluruh dan bila sudah mengakibatkan gangguan akan sulit disembuhkan dan biaya penyembuhannya sangat mahal.
Berkenaan dengan materi silikon, bahwa material tersebut sebenarnya merupakan bahan terbaik untuk kebutuhan implan guna memperbaiki tubuh manusia karena bersifat innert atau bisa diterima tubuh tanpa menimbulkan reaksi yang berarti. Dia tidak mengalami perubahan kimia di dalam tubuh, tetap stabil di dalam tubuh dan tidak terpengaruh suhu tubuh. Namun, penyuntikan organ tubuh dengan silikon cair untuk keperluan apa pun tidak diperkenankan. Operasi bedah plastik untuk tujuan rekonstruksi dan estetis sendiri, hanya menggunakan gel silikon dan silikon padat.
Gel silikon yang merupakan campuran antara silikon padat dan cair yang dibungkus dengan lembar silikon biasanya digunakan untuk pengisi implan payudara. Sedangkan silikon padat terdiri atas lembar silikon atau bentuk implan jadi buatan pabrik yang digunakan untuk keperluan tertentu, seperti protesis katup jantung, testis tiruan serta implan hidung dan pipi. Keputusan untuk melakukan setiap tindakan operasi bedah plastik sendiri harus dikonsultasikan dan dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi dan izin resmi untuk melakukannya
Meski sudah banyak korban yang jatuh, orang ternyata belum jera juga untuk melakukan suntik silikon cair dan kolagen demi memburu "kecantikan." Apa pun yang disuntikkan ke dalam tubuh, bisa berdampak negatif atau positif. "Positif bila yang diharapkan jadi kenyataan, sebaliknya negatif bila reaksi yang timbul berupa alergi, atau salah lokasi penyuntikan, hingga menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Saat ini, cukup banyak beautician (ahli kecantikan) dan dokter umum yang menjual jasa suntik silikon. Mereka mungkin bisa melakukan suntikan, tapi mereka tidak bisa mempertanggungjawabkan hasilnya. Anehnya, pemerintah masih saja membiarkan orang-orang yang tidak punya hak untuk melakukan suntik silikon di berbagai salon kecantikan.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1)Apa itu Silikon?
2)Bahaya Suntik Silikon?
3)Bagaimana kajian bioetika tentang suntik silikon?
4)Bagaimana kajian agama tentang suntik silikon?
a.Agama Islam
b.Agama Kristen
c.Agama Hindu
d.Agama Budha
e.Budaya Masyarakat

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengatahui tentang :
1)Suntik Silikon
2)Bahaya Suntik Silikon
3)Kajian bioetika tentang suntik silikon
4)Kajian agama tentang suntik silikon
a.Agama Islam
b.Agama Kristen
c.Agama Hindu
d.Agama Budha
e.Budaya Masyarakat


BAB II
ISI MAKALAH
2.1 Pengertian silikon
Silikon (Latin: silicium) merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol Si dan nombor atom 14. Silikon adalah sejenis metaloid tetravalen yang kurang reaktif berbanding dengan analog kimianya karbon. Silicon merupakan unsur kedua paling berlimpah di dalam kerak Bumi, mencapai hampir 25.7% mengikut berat. Silikon wujud di dalam tanah liat, feldspar, granit, kuartza dan pasir, kebanyakannya dalam bentuk silikon dioksida (juga dikenali sebagai silika) dan dalam bentuk silikat, (beraneka jenis sebatian yang mengandungi silikon, oksigen dan satu atau pelbagai jenis logam lain).
Kebanyakan silikon berbentuk peranti semikonduktor, dan sekiranya dalam bentuk silika dan silikat, dalam kaca, simen, keramik. silikon juga merupakan juzuk dalam silikone, nama yang diberikan kepada berbagai jenis bahan plastik yang sering dikelirukan sebagai silikon. Silikon digunakan secara meluas dalam semikonduktor karena silikon mempunyai arus bocoran balikan yang lebih rendah daripada semikonduktor germanium, dan juga kerena oksida aslinya mudah dihasilkan dan membentuk semikonduktor/dielektrik yang lebih baik berbanding dengan hampir semua jenis gabungan bahan..
Silikon adalah polimer non organik yang bervariasi, dari cairan, gel, karet, hingga sejenis plastik keras. Beberapa karakteristik khusus silikon: tak berbau, tak berwarna, kedap air serta tak rusak akibat bahan kimia dan proses oksidasi, tahan dalam suhu tinggi serta tidak dapat meghantarkan listrik. Pertama kali ditemukan, digunakan untuk membuat lem, pelumas, katup jantung buatan hingga implan payudara.
2.1.1 Jenis-jenis silikon yang digunakan untuk kesehatan dan kecantikan

Terdapat 3 jenis silikon yang secara medis aman:
1.Silikon padat: Bentuknya menyerupai karet penghapus. Digunakan untuk katup jantung buatan, pengganti testis, serta persendian buatan. Dalam dunia bedah plastik, silikon padat biasanya digunakan untuk implan hidung, dagu dan pipi. Beberapa tahun belakangan ini, silikon padat juga digunakan untuk membantu penderita gangguan ereksi, dengan menggunakan materi silikon padat yang dapat ditiup. Hanya Boleh Silikon Padat material yang diperbolehkan untuk operasi bedah plastik, baik itu bertujuan rekonstruksi maupun estetis hanyalah gel silikon dan silikon padat.
Gel silikon adalah campuran silikon padat dan cair yang dibungkus dengan lembar silikon, biasanya digunakan mengisi implan payudara. Sedangkan silikon padat terdiri atas lembar silikon atau bentuk implan jadi buatan pabrik, digunakan untuk keperluan tertentu seperti protesis katup jantung, testis tiruan serta implan hidung dan pipi. Material tersebut sebenarnya merupakan bahan terbaik sebagai bahan implan, guna memperbaiki tubuh manusia. Pasalnya, bisa diterima tubuh tanpa menimbulkan reaksi negatif.
2. Silikon berbentuk gel dalam wadah silikon padat: Menyerupai dodol, dengan tingkat perlekatan molekul sangat baik, digunakan untuk implan payudara atau betis. Jika dibelah, tidak akan meleleh atau menyebar, tapi tetap mengikuti bentuk wadah penyimpannya.
3. Silikon cair: Silikon bentuk cair dalam dunia medis, menurut Dr. Donny Istiantoro dari Jakarta Eye Center, digunakan dalam operasi retina. Retina dapat lepas dari posisinya karena berbagai faktor, sehingga perlu dibantu perlekatannya dengan silikon cair. Di dunia kedokteran modern, silikon dikategorikan sebagai bahan terbaik untuk melakukan perbaikan bagian tubuh, karena penolakan jaringan tubuh terhadap silikon tergolong rendah. Tapi sering kita mendengar banyak kasus akibat dari suntik silikon.
Menurut Dr. Teddy O.H. Prasetyono dari Departemen Bedah Plastik FKUI, seorang dokter bedah plastik tidak dibenarkan melakukan penyuntikan silikon cair. Biasanya penyuntikan silikon cair untuk memperindah bagian wajah dilakukan oleh tenaga nonmedis, tegasnya. Tarifnya yang relatif murah (sekitar Rp.200.000,- per suntikan), diduga materinya adalah silikon industri, yang membahayakan kesehatan. Penyuntikan silikon cair tidak mengakibatkan kematian, tetapi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut terjadi karena silikon cair yang disuntikkan langsung ke dalam tubuh seperti sifat cairan umumnya akan mencari tempat yang rendah. Sebagian silikon mungkin 'berkumpul' di tempat-tempat tertentu sehingga membentuk benjolan.
Secara logika kedokteran, silikon cair yang terlanjur disuntikkan ke tubuh, tak mungkin dikeluarkan dengan cara dipijat-pijat. Satu-satunya cara dengan pembedahan. Biasanya suntik silikon dapat menyebabkan kulit memerah ini dapat diatasi dengan obat anti peradangan. Jika warna merah pada kulit tak kunjung hilang, dokter biasanya hanya dapat menganjurkan pasien memakai concealer untuk menutupinya.

2.1.2 Implan silikon payudara digunakan dalam operasi memperindah payudara
Ditinjau dari materi pengisinya, ada 3 jenis implan payudara, yaitu:
1. Implan berisi garam fisiologis (saline/NaCl): Implan jenis ini biasanya dibungkus dalam kantong silikon, dan cenderung mudah bocor atau berkerut. Karena hanya berisi air, implan ini relatif kurang dapat dibentuk sesuai dengan keinginan.
2. Implan berisi gel silikon padat: Implan ini juga dibungkus dalam kantong silikon, namun didesain khusus hingga terasa lembut dan fleksibel sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan.
3. Implan berisi gel silikon yang kohesif: Menurut Dr. Rod J. Rohrich, ketua American Society of Plastic Surgeons, implan jenis ini merupakan tipe terbaru. Di Amerika Serikat, populer dengan nama gummy bear breast implant. Gel kohesif seperti ini tak menyebar, bahkan jika kantong pembungkusnya bocor atau dibelah.
Ada 2 cara memasang implan silikon ke dalam payudara, yaitu:
1.Di balik kelenjar payudara, tepat di depan otot dada
2.Di balik otot dada: dilakukan untuk pasien yang memiliki kelenjar payudara kecil
Biasanya implan silikon yang sudah dipasang di dalam payudara hanya akan mengalami kebocoran jika mengalami trauma luka dada yang parah (misalnya dada ditusuk dengan benda tajam). Selain itu daya tolak reaksi jaringan tubuh terhadap silicone breast implant menurut Prof. Dr. H. Muchlis Ramli dari Departemen Ilmu Bedah Onkologi FKUI, tergolong sangat rendah, sehingga sejauh ini tidak terbukti dapat menyebabkan kanker. Kalaupun ada pasien yang terbukti mengidap kanker setelah melakukan operasi, besar kemungkinan pasien tersebut memang sudah memiliki ‘bakat' kanker. Lalu bagaimana dengan wanita apakah bisa menyusui jika payudaranya diaugmentasi dengan implan silikon, proses menyusui masih tetap dapat dilakukan, asalkan implan silikon dipasang di balik kelenjar payudara. Biasanya, dokter akan menganjurkan agar implan silikon dimasukkan lewat sayatan di bawah lipatan buah dada, sehingga sama sekali tidak mengganggu kelenjar payudara.

2.2 Bahaya Suntik Silikon cair
Perlu diketahui silikon cair yang telah dilarang digunakan sejak tiga puluh tahun lalu, ternyata sampai saat ini masih beredar. Zat kimia berbahaya ini kerap masih disalahgunakan, menyuntik organ tubuh tertentu dengan tujuan estetika. Silikon cair yang disuntikkan ke organ tubuh pasien tersebut, umumnya silikon industri, biasa digunakan untuk pelapis mesin, pelumas mesin, peralatan rumah tangga, dot bayi serta penambal akuarium.
Partikel silikon cair yang menumpuk di jaringan akan menimbulkan reaksi inflamasi kronik yang disebut silikonoma. Silikon cair yang disuntikkan ke organ tubuh akan meresap ke organ tubuh, dampaknya sangat sulit dikontrol. Sehingga, penyuntikan organ tubuh dengan silikon cair untuk keperluan apapun tidak diperkenankan.
Meski sudah banyak korban yang jatuh, orang ternyata belum jera juga untuk melakukan suntik silikon cair dan kolagen demi memburu kecantikan. Sebenarnya apa itu silikon cair dan kolagen serta bahayanya untuk anda ? Mungkin anda ingin terlihat cantik tetapi ternyata malah menjadi hancur. Karena harus menahan rasa sakit yang luar biasa pada daerah yang ingin anda ubah.
Sebaiknya anda lebih berhati-hati lagi bila ingin terlihat cantik dengan mengubah bentuk tubuh seperti memancungkan hidung, mengisi dagu atau menghilangkan kerutan. Jika anda ingin melakukan hal tersebut, sebaiknya anda lakukan di dokter spesialis bedah plastik dan jangan ke salon kecantikan atau tempat praktek ilegal. Karena apapun yang disuntikkan ke dalam tubuh akan berdampak negatif atau positif. Sisi positif adalah diharapkan menjadi kenyataan tetapi sisi negatif reaksi yang timbul dapat berupa alergi atau salah lokasi penyuntikan sehingga menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Suntikan silikon di salon kecantikan, biasanya akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan pasien. Mungkin pasien tidak meninggal tapi hasilnya malah menimbulkan rasa sakit yang berkepanjangan seperti merah dan bengkak akibat suntikan tersebut. Akibatnya operasi tersebut dibongkar lagi dan diperbaiki sehingga anda dirugikan karena salon tersebut tidak mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi pada wajah anda.
Montok dan menor dengan injeksi silikon bukan berarti tanpa efek samping. Catatan di Poli Bedah RSSA Malang, korban suntikan silikon cair terus bertambah. Dalam sehari bisa 20 kasus terjadi akibat ''efek montok'' ini. Bahkan, rata-rata, pasien yang datang sudah dalam kondisi parah.
Kasus terbanyak, silikon cair yang disuntikkan sudah meluber ke sekitar daerah yang disuntik. Misalnya di hidung, dagu, kelopak mata, pipi, payudara, hingga penis. "Pasien-pasien silikon ini umumnya ingin tampil lebih sempurna ketimbang kondisi tubuh aslinya. Tetapi, caranya dengan mengambil jalan pintas dan murah," jelas dr Herman Joseph LW, SpBP, dokter spesialis bedah kosmetik, plastik, dan rekonstruksi RSSA.
Injeksi silikon cair itu, jelas dia, memang bisa menghasilkan orang dengan wajah yang sama dan khas. Ini karena kehadiran benda cair yang mengisi wajah. Misalnya di dagu, bibir, hidung, dan sebagainya. Hal ini sangat berbahaya. Sebab, sifatnya cair dan menyebar ke mana-mana serta terus mengikuti gaya gravitasi.
"Bahayanya, silikon ini mudah masuk ke dalam pembuluh darah hingga bisa menyebabkan penyumbatan ke areal lokasi di mana silikon disuntikkan,"


Masalah yang timbul akibat suntikan silikon cair ini adalah silikonoma. Penyakit ini timbul akibat dari silikon cair yang berbentuk seperti tumor (benjolan). Kasus tertinggi adalah pada wajah, payudara, penis, dan bibir. Wajah bisa meliputi hidung, dagu, kelopak mata, dan pipi.
Tren akhir-akhir ini, kasus paling banyak adalah penyuntikan silikon pada penis. Ini hal baru, asal pasiennya banyak dari Pasuruan dan Probolinggo karena ada jasa suntik silikon keliling sehingga banyak yang tergiur. "Rata-rata kasus suntik silikon penis ini masuk sekitar 3 kasus baru per bulannya.
Reaksi akibat suntikan silikon cair ini biasanya berupa reaksi alergi termasuk reaksi alergi tipe IV (dengan kemunculan sangat lambat) dan tidak langsung dirasakan. Sebab, rata-rata dampak reaksi alergi dari silikon cair ini bisa hadir sekitar lima tahun kemudian sejak zat tersebut disuntikkan. Misalnya, pasien yang datang pada tahun ini, berarti suntik silikonnya terjadi sekitar 2003. "Memang, pada awal disuntikkan, hasilnya langsung tampak bagus sekali. Ketika sudah sampai lebih dari lima tahun, baru terjadi rasa panas, bengkak, sampai-sampai wajah tidak berbentuk. Proses seperti ini silikon cair sudah meluber ke mana-mana,"

Bahaya memperbesar payudara dengan suntik silikon
Dwin Gideon, (2008) mengemukakan bahwa banyak wanita memiliki payudara yang kencang dengan bentuk yang indah memang bisa menjadi salah satu kebanggaan para perempuan. Makanya, berbagai tawaran terapi dan metode memperelok payudara nyaris tak pernah sepi peminat. Soal biaya, yang seringkali tak murah, bukan masalah. Beberapa metode yang paling populer adalah pengunaan silikon, obat-obatan, atau salep dan bra khusus.
Payudara yang cantik dengan berbagai metode ini tentu sah-sah saja. Masalahnya, sering kali hal itu justru berakibat buruk bagi kesehatan. Salah satu metode yang banyak menuai pro kontra dan kerap dituding sebagai biang kanker payudara adalah silikon. Memang, sejauh ini belum ada penelitian yang menyimpulkan silikon secara langsung sebagai penyebab kanker payudara. Tapi, “Silikon dapat menyembunyikan tumbuhnya kanker,” kata Walta Gautama, surgical oncologist RS Kanker Dharmais.
Silikon, baik yang padat maupun cair, bila difoto dengan sinar X atau mammography (mamografi) hanya terlihat seperti bayangan hitam yang kebulat-bulatan. Bila diraba, silikon menyerupai seperti benjolan sehingga sangat sulit untuk membedakan apakah benjolan yang itu merupakan gejala kanker payudara atau bukan gumpalan silikon. “Kalau sel kankernya tertutup silikon.
Kanker payudara, silikon kerap menjadi kambing hitam kanker payudara lantaran dia menyembunyikan gejala munculnya kanker tersebut. Untuk mendeteksi kanker pada perempuan yang menggunakan silikon “Satu-satunya jalan adalah dengan biopsi atau mengangkat silikonnya, bila silikon tak diangkat, sulit memastikan apakah bayangan hitam yang terlihat pada foto mamografi adalah sel kanker atau bukan.

Bahaya memperbesar penis dengan suntik silikon
Meski tidak ada data resmi, kasus kematian akibat praktik suntik memperbesar penis oleh orang yang bukan ahlinya, jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Kasus terakhir yang sempat terungkap adalah meninggalnya Bambang Dwi Heru Yitno, seorang pegawai negeri sipil (PNS) Depertemen Pertanian, di tempat pengobatan alternatif Haji Arif Rahman di Jalan Wahab Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur, pekan lalu.
Terlepas dari masalah kriminal, peristiwa tersebut kembali mengingatkan betapa sulitnya menyadarkan masyarakat akan beragam mitos seks yang salah. Satu di antaranya yang benar-benar sudah mengakar, adalah mengukur tingkat kepuasan seksual dari besar kecilnya ukuran alat vital.
Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And. FAACS, pakar andrologi dan seksologi dari Universitas Udayana, Denpasar, menilai peristiwa ini hanya gambaran puncak gunung es dari kenyataan sebenarnya. Ia menyatakan, banyak pria sudah menjadi korban iklan bohong yang menjanjikan penambahan ukuran penis. Ternyata mereka disuntik dengan bahan tertentu, antara lain silikon cair. Lebih konyol lagi, pemasang iklan dan sekaligus penyuntik bukanlah orang yang berkompeten, tidak punya latar belakang medis sama sekali.

2.4 Kajian bioetika tentang suntik silikon

Perlu diketahui bahwa bioteika berasal dari kata ‘bios’ yang berarti hidup atau segala sesuatu yang menyangkut kehidupan, dan kata ‘ethicos’ yang berhubungan dengan etika atau moral.
Dalam perkembangannya bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu-isu tentang nilai-nilai dan etika yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi serta biomedis yang cepat selama 15 tahun terakhir. Misalnya di bidang medis, bioetika hanya mengarah pada ketentuan atau kode-kode tentang hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam tindakan medis seperti transplantasi, kloning, aborsi, bayi tabung, suntik silikon, penggunaan senjata biologi dan lain-lain.
Pemanfaatan silikon untuk kebutuhan hidup merupakan hal yang tidak etik ini mengandung arti bahwa kita tidak menghargai/menghormati diri kita sendiri, karena dengan menggunkan silikon dapat mengakibatkan hal-hal yang kita tidak inginkan, misalnya dapat menyebabkan kulit menjadi rusak bahkan dapat menyebabkan kematian, tetapi suntik silikon dapat diterima apabila tujuannya bermanfaat untuk kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa paradigma yang selalu digunakan dalam memandang etika, agama dalam hubungannya dengan ilmu penegetahuan dan teknologi
1. Paradagima sekuler
Paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Paradigma ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di Barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat Bible yang berkontradiksi dan tidak relevan dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya, menurut ajaran gereja yang resmi, bumi itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal faktanya, bumi itu bulat berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pelayaran Magellan. Dalam Bible dikatakan:

Kemudian daripada itu, aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru angin bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut, atau di pohon-pohon. (Wahyu-Wahyu 7:1)

Kalau konsisten dengan teks Bible, maka fakta sains bahwa bumi bulat tentu harus dikalahkan oleh teks Bible Ini tidak masuk akal dan problematis. Maka, agar tidak problematis, ajaran Kristen dan ilmu pengetahuan akhirnya dipisah satu sama lain dan tidak boleh saling intervensi. (Adian Husaini, Mengapa Barat Menjadi Sekular-Liberal, www.insistnet.com).

2. Paradigma sosialis
Paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia dengan tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan :

Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless orld, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people.
Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat

Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994:112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri (Ramly, 2000:110).
3. Paradigma Islam
Islam memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah terjerumus dalam sikap mengikuti pandangan Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Dalam paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim.
Dari ketiga paradigma yang telah dijelaskan di atas baik itu paradigma sekuler, sosialis maupun agama islam apabila kita hubungkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya penggunaan silikon untuk operasi (merubah, mempercantik diri) ini jelas bisa dilakuakan menurut paradigama sekuler dan sosialis tapi menurut paradigma islam itu bisa dilakukan (untuk kesehatan) misalnya mengobati suatu penyakit dan tidak bisa dilakukan apabila tujuannya untuk merubah bentuk tubuh yang telah diciptakan oleh-Nya.

2.5 Kajian agama Islam
Operasi yang dilakukan dengan tidak disengaja
Menurut Hafidzi, (2007) dalam hukum fiqih disebutkan bahwa, operasi (menggunakan silikon) semacam ini dibolehkan saja, adapun dalil diantaranya sebagai berikut:
1.Dalil Sunnah
a.Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a, dari Nabi Muhammad Saw. berliau pernah bersabda, “Tidak lah Allah Swt. menurunkan wabah/penyakit kecuali Allah Swt. juga menurunkan obat penwarnya”(H.R. Bukhari).
b.Riwayat dari Usamah bin Syuraik R.a, berkata, “Ada beberapa orang Arab bertanya kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus mengobati (penyakit kami), Rasulullah menjawab, “Obatilah. Wahai hamba-hamba Allah lekaslah kalian berobat, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, diriwayat lain disebutkan, beberapa penyakit. Kecuali diturunkan pula obat penawarnya Kecuali satu yang tidak bisa diobati lagi”, mereka pun bertanya,”Apakah itu wahai Rasul?”, Rasulullah pun menjawab, “Penyakit Tua”(H.R At-Turmudzi)
Maksud dari hadits di atas adalah, bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya, maka dianjurkan kepada orang yang sakit agar mengobati sakitnya, jangan hanya dibiarkan saja, bahkan hadits itu menekankan agar berobat kepada seorang dokter yang profesional dibidangnya.
Imam Abu Hanifah dalam kitabnya berpendapat, “Bahwa tidak mengapa jika kita berobat menggunakan jarum suntik (yang berhubungan dengan operasi), dengan alasan untuk berobat, karena berobat itu dibolehkan hukumnya, Sesuai dengan ijma’ ulama, dan tidak ada pembeda antara laki-laki dan perempuan”.Akan tetapi disebutkan (pendapat lemah) bahwa tidak diperbolehkan berobat menggunakan bahan yang diharamkan, seperti khamar, bir dan sejenis. tapi jika ia tidak mengetahui kandungan obat itu, maka tidak mengapa menggunakannya, namun jika tidak memungkinkan lagi (yakin bahwa tidak ada obat) untuk mencari obat selain yang diharamkan itu, maka bolehlah menggunakan sekedarnya.
Ibn Mas’ud Ra, mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. tidak menciptakan sembuhnya kalian dengan barang yang diharamkan-Nya”.makna dari pendapat beliau adalah walau bagaimanapun Allah Swt. menurunkan penawar yang halal, karena secara akal pikir, tidak mungkin Allah mengharamkan yang telah diharamkan kemudian diciptakan untuk dijadikan obat, pasti masih ada jalan lain yang lebih halal. Operasi semacam ini terkadang bisa menjadi wajib hukumnya, jika menyebabkan kematian, maka wajib baginya untuk berobat.

Allah Swt. berfirman yang artinya (wallahu a’lam), “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”dan di ayat lain disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu meh dirimmbunuu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”

Makna dari firman di atas adalah:
1)Larangan membunuh diri sendiri ini menunjukkan bahwa Allah Swt melarang hamba-Nya merusak jiwanya
2)Operasi ini tidak bisa dikatakan mengubah ciptaan Allah dengan sengaja, karena operasi ini untuk pengobatan, walaupun pada akhirnya bertambah cantik atau indah pada dirinya.
3)Syeikh Dr Yusuf Al-Qaradawi berpendapat : “Adapun kalau ternyata orang tersebut mempunyai cacat yang mungkin menjijikkan pandangan, misalnya karena ada daging tambah yang boleh menimbulkan sakit jiwa dan perasaan, maka tidak berdosa bagi orang itu untuk berobat selagi dengan tujuan menghilangkan kecacatan atau kesakitan yang boleh mengancam hidupnya. Kerana Allah tidak menjadikan agama buat kita ini dengan penuh kesukaran
2. Operasi yang dilakukan dengan sengaja
Maksudnya adalah operasi (menggunakan silikon) yang tidak dikarenakan penyakit bawaan (turunan) atau karena kecelakaan, akan tetapi atas keinginannya sendiri untuk menambah keindahan dan mempercantik diri. Operasi ini ada bermacam-macam, akan tetapi kami hanya menuliskan garis besarnya saja yang kami ketahui, yaitu terbagi dua, dan setiap bagian mempunyai hukum masing-masing:
a. Operasi anggota badan
Pada operasi ini diantaranya adalah operasi telinga, dagu, hidung, perut, payudara, pantat (maaf) dengan ditambah, dikurang atau dibuang, dengan keinginan agar terlihat cantik.
b. Operasi mempermuda
Adapun operasi bagian kedua ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah berumur tua, dengan menarik kerutan diwajah, lengan, pantat, tangan, atau alis. mungkin ini menurut penulis, bagian-bagian yang sering kita temui dan yang paling umum para ulama berbeda pendapat mengenai hukum operasi plastik ini:
1.Kebanyakan ulama hadits berpendapat bahwa tidak boleh melakukan operasi ini dengan dalil diantaranya sebagai berikut:
Allah berfirman (Allah telah melaknatnya. setan berkata, “sungguh akan kutarik bagian yang ditentukan dari hamba-hamabaMu. dan sungguh akan kusesatkan mereka, dan akan kubangkitlan angan-angan kosong mereka, dan aku suruh mereka memotong telinga binatang ternak lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku akan suruh mereka (merobah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merobahnya. dan barangsiapa yang menjadikan setan sebagai pelindung maka sungguh dia telah merugi dengan kerugian yang nyata
Ayat ini menjelaskan kepada kita dengan konteks celaan dan haramnya melakukan pengubahan pada diri yang telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik penciptaan, karena mengikuti akan hawa nafsu dan keinginan syaitan yang dilaknat Allah.
2.Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim Ra. dari Abdullah ibn Mas’ud Ra.beliau pernah berkata ”Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan Allah.” (H.R Bukhari) dari hadits ini, dapat diambil sebuah dalil bahwa Allah Swt. melaknat mereka yang melakukan perkara ini dan mengubah ciptaan-Nya
3.Riwayat dari Ashabis Sunan dari Asmaa, bahwa ada seorang perempuan yang mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, ”Wahai Rasululllah, dua orang anak perempuan ku akan menjadi pengantin, akan tetapi ia mengadu kepadaku bahwa rambutnya rontok, apakah berdosa jika aku sambung rambutnya?”, maka Rasulullah pun menjawab, “Sesungguhnya Allah melaknat perempuan yang menyambung atau minta disambungkan (rambutnya)”Hadits ini dengan jelas mengatakan bahwa haram hukumnya bagi orang yang menyambung rambutnya atau istilah sekrang dikenal dengan konde atau wig dan jauh dari rahmat Allah Swt
4. Qias, untuk melengkapi pendapat ini, maka akan kami coba menggunakan qias dan akal. Operasi plastik semacam ini tidak dibolehkan dengan meng-qias larangan Nabi Saw. terhadap orang yang menyambung rambutnya, tattoo, mengikir (menjarangkan) gigi atau apa saja yang berhubungan dengan perubahan terhadap apa yang telah diciptakan Allah Swt. Segi Akal, secara akal kita akan menyangka bahwa orang itu kelihatannya indah dan cantik akan tetapi, ia telah melakukan operasi plastik pada dirinya, perbuatan ini sama dengan pemalsuan atau penipuan terhadap dirinya sendiri bahkan orang lain, adapun hukumnya orang yang menipu adalah haram menurut syara.
Begitu juga dengan bahaya yang akan terjadi jika operasi itu gagal, bisa menambah kerusakan di dalam tubuhnya dan sedikit sekali berhasilnya, apapun caranya tetap membahayakan dirinya dan ini tidak sesuai dengan hukum syara’, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi (wallahu ‘alam)”Jangan bawa diri kalian dalam kerusakan”
Setelah kita perhatikan dalil-dalil di atas dengan seksama, maka jelaslah bahwa operasi plastik (dengan menggunakan silikon) itu diharamkan menurut syara’ dengan keinginan untuk mempercantik dan memperindah diri, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.Operasi plastik merubah ciptaan Allah Swt
2.Adanya unsur pemalsuan dan penipuan
3.Dari sisi lain, bahwa negatifnya lebih banyak dari manfaatnya, karena bahaya yang akan terjadi sangat besar apabila operasi itu gagal, bisa menyebabkan kerusakan anggota badan bahkan kematian.
4.Syarat pembedahan  yang dibenarkan Islam; memiliki keperluan untuk tujuan kesehatan semata-mata dan tiada niat lain, diakui doktor profesional yang ahli dalam bidang itu bahwa pembedahan akan berhasil dilakukan tanpa risiko, bahaya dan mudarat
5.Untuk pemakaian kosmetik, disyaratkan kandungannya halal, tidak dari najis (kolagen / plasenta) dan tidak berlebihan (tabarruj) akan tetapi behias ini sangat di tekankan bagi mereka yang ingin menyenangkan suaminya.
Kami ingin menekankan bahwa Allah Swt tidaklah menciptakan makhluknya dengan sia-sia, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Sesungguhnya Allah Swt. Menciptakan kalian dalam keadaan sempurna dan seimbang satu sama lainnya dengan sebaik-baik penciptaan. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sudah sepantasnya kita sebagai makhluk Allah mensyukuri apa-apa yang telah diberikan kepada kita.
2.6 Kajian Agama Kristen
Secara umum dalam Alkitab tidak dijelaskan tentang hukum bagi yang menggunakan silikon tetapi kami memiliki pandangan tentang operasi dengan menggunakan suntik silicon berdasarkan ajaran Alkitab, karena ajaran Kristen sendiri menghargai apa yang telah diberikan oleh pencipta. Beberapa kutipan Alkitab yang adalah;
1.Kejadia 1 : 26 a; “Berfirmanlah Allah “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, ……………………” menurut kutipan kitab Kejadian ini, kita manusia adalah gambar dan rupa Allah, karena kita adalah mahluk yang sempurna yang diciptakanNya untuk memuji Dia dengan diri kita sebagai gambaranNya.
2.Yesaya 44 : 2 a; “Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan menolong engkau ……………….” kutipan ini mau menjelaskan kepada kita bahwa Allah yang membentuk kita, sehingga Dia tahu yang terbaik untuk kita dan dia akan menolong kita dalam segala hal.
3.Yesaya 43 : 4a; “ Oleh karena engkau berharga dimata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau, …………..” kutipan kitab ini mau mengingatkan kepada kita bahwa kita manusia adalah mahluk yang berharga dimata Tuhan dan dianggap mulia sehingga Dia mengasihi kita apapun keadaan kita.
Satu hal yang ingin disampaikan oleh kajian Kristen adalah bahwa kita manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat mulia, apa yang sudah diberikanNya kepada kita, bagaimanapun kondisi tubuh kita, itu merupakan gambaran Allah. Apapun yang menjadi kekurangan kita bukan merupakan batu sandungan bagi kita, tetapi dengan kekurangan yang kita miliki dapat kita gunakan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan karena kutipan Yesaya 43 : 4a menyatakan ; “ Oleh karena engkau berharga dimata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau.

2.7 Kajian Agama Hindu
Sebagaimana telah kami ungkapkan sebelumnya bahwa kami akan menggunakan pendekatan secara umum tentang pandangan agama salah satu diantaranya yaitu agama Hindu karena dalam kitabnya tidak disebutkan secara mendetail tentang penggunakan suntik silkon menurut agama Hindu didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa. Karma adalah suatu konsekuensi murni dari semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau batin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Akumulasi terus menerus dari “karma” yang buruk adalah penghalang “moksa” yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi. Ahimsa adalah prinsip “anti kekerasan” atau pantang menyakiti siapa pun juga termasuk diri sendiri.
Bunuh diri atau usaha untuk merubah bentuk dirinya adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu sebab perbuatan tersebut dapat menjadi faktor yang mengganggu karena menghasilkan “karma” buruk. Kehidupan manusia adalah kesempatan yang sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kelahiran kembali.
Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, merubah dirinya dari kodrat alamiah maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap berada di dunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu di mana seharusnya ia menjalani kehidupan. Misalnya, seseorang bunuh diri pada usia 17 tahun padahal dia ditakdirkan hidup hingga 60 tahun. Maka selama 43 tahun rohnya berkelana tanpa arah tujuan. Setelah itu, rohnya masuk ke neraka untuk menerima hukuman lebih berat; kemudian kembali ke dunia (reinkarnasi) untuk menyelesaikan “karma”-nya terdahulu yang belum selesai dijalaninya.
Dari pandangnan umum di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan suntik silikon merupakan hal yang dapat menimbulkan karma bagi dirinya karena orang yang menggunakan silikon dapat berakibat fatal bagi dirinya dan dapat menyebabkan kematian karena tubuh menolak cairan silikon yang disuntikkan ketubuhnya. Cairan tersebut tidak bisa dikeluarkan lagi maka dapat menyebabkan kematian dan merusak jaringan tubuh

2.8 Kajian Agama Budha
Agama Buddha sangat menekankan larangan untuk membunuh makhluk hidup. Ajaran ini merupakan moral fundamental dari Sang Buddha. Oleh karena itu, jelas bahwa suntik silikon adalah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Budha. Selain itu, ajaran Budha sangat menekankan pada “welas asih” (”karuna”). Mempercepat kematian seseorang secara tidak alamiah merupakan pelanggaran terhadap perintah utama ajaran Budha. Tindakan jahat itu akan mendatangkan “karma” buruk kepada siapa pun yang terlibat dalam tindakan suntik silikon tersebut tersebut.

2.9 Kajian budaya masyarakat
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah banyak membawa berkah bagi umat manusia baik teknologi yang lahir dari rahim ilmu, maupun yang telah ada mendahului eksistensi ilmu. Berkat kemajuan di bidang teknologi maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa diwujudkan lebih cepat dan lebih mudah, lagi pula telah menciptakan berbagai kemudahan di berbagai bidang, misalnya kesehatan, transportasi, komunikasi, pendidikan, pemukiman dan sebagainya. Namun secara keseluruhan benarkah teknologi selalu membawa dampak positif bagi manusia dan kemanusiaan.
Dewasa ini semakin nampak berkembangnya gejala-gejaia dehumanisasi. Perkembangan teknologi kadang-kadang harus dibayar mahal oleh manusia karena kehilangan sebagian arti kemanusiannya. Manusia sering dihadapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaan, serta harkat dan martabaatnya
Kecenderungan di atas, memaksa manusia khususnya para ilmuwan / teknolog untuk menjawab ulang pertanyaan-pertanyaan, antara lain Untuk apa sebenarnya Iptek itu harus dipergunakan ?. Ke arah mana perkembangan Iptek harus diarahkan ?. Sampai di mana batas-batas pengembangan lptek ?. Bagi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan se zamannya, pertanyaan di atas dirasa belum penting. Tetapi bagi ilmuwan/teknolog yang hidup di abad kedua puluh dan kedua puluh satu yang mengalami yang mengalami bebagai tantangan, eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam secara semena-mena tanpa memikirkan kelestariannya, dan menyaksikan kerusakan-kerusakan di darat, di laut, dan di udara, pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat merisaukan hatinya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mereka harus berpaling kepada hakekat "moral". Dengan demikian iptek secara moral harus ditujukan untuk kebaikan/kebahagiaan manusia tanpa harus merendahkan martabat atau mengubah hakekat kemanusiaan. Dengan demikian ilmu, khususnya teknologi harus senantiasa berjalan dalam koridor moral yang dilandasi ajaran agama.
Untuk itu perlu dicatat bahwa dalam mencermati perkembangan teknologi yang sangat cepat, dalam mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh serta menghadapi resiko besar yang mungkin terjadi, seyogyanya kita jangan menggunakan tolak ukur budaya negara-negara maju, tetapi mungkin akan lebih aman apabila kita menggunakan tolak ukur budaya (filsafat dan agama), kebutuhan masyarakat yang mendesak dalam upaya memecahkan permasalahan pangan, kesehatan industri dan lingkungan. (Soedarsono, Yoedoro, 1997 dalam Usman A rief, 2004).

2.5 Kajian Filsafat
Baiklah sekarang kita lihat dasar-dasar filsafah keilmuan terkait dalam arti dasar ontologis, dasar epistemologis, dan aksiologis, dan dasar antropolgis ilmu pendidikan yang akan kami kaitkan dengan penggunaan suntik silikon

1. Dasar Ontologis
Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materil ilmu ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi perkembangan ilmu pengetahuan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship) atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya
Agar ilmuan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pengetahuan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau situasi pengembanngan ilmu pengetahuan. Di dalam situiasi sosial manusia itu sering berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja dan dapat diterima terbatas pada ruang lingkup makro yang berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur oleh sistem nilai tertentu. Akan tetapi pada latar mikro, sistem nilai harus terwujud dalam hubungan inter dan antar pribadi yang menjadi syarat mutlak (conditio sine qua non) utuh, maka aspek ontologis yang menekankan pada pengalaman panca indera dapat dibuktikan dengan adanya penyalahgunaan fungsi silkon khususnya sikon cair yang akan merugiakan manusia karena manusia ingin selalu tau dan merasakan tetapi tidak mengetahui dampaknya, itu semua terjadi pada penggunaan silikon pada tubuhh manusia

2. Dasar Epistemologis
Dasar epistemologis diperlukan oleh ilmuan atau pakar (filsuf) demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942). Walaupun demikian maka ilmuan harus benar-benar memikirkan dampak hasil penelitiannya dan sangat berbahaya apabila manusia dijadikan sebagai bahan “uji coba” misalnya penelitian penggunaan silikon pada tubuh manusia yang sangat berbahaya pada jaringan tubuhnya padahal silikon sendiri digunakan oleh industri tertentu untuk membuat bahan plastik.

3. Dasar Aksiologis
Kemanfaatan teori dalam kemajuan iptek tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pengetahuan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam praktek melalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif misalnya penggunaan silikon cair maupun kolagen pada tubuh manusia dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam pengembengan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang berdasarkan pada moral dan etika seorang ilmuan.

4. Dasar Antropologis
Terdapat 3 dasar antropologis berlaku universal yaitu (1) sosialitas (2) individualitas, melainkan juga dan (3) moralitas. Kiranya ketiga dasar ini menjadi pijakan para ilmuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi didasarkan atas kebudayaan nasional yang menjadi konteks dari sistem perkemabangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu akan diperlukan juga dasar antropologis pelengkap yaitu (4) religiusitas, yaitu ilmuan dalam situasi pengembangan iptek sekurangkurangnya secara mikro berhamba kepada kepentingan terdidik sebagai bagian dari pengabdian lebih besar kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari kajian ini antropologis ini maka penggunaan suntik silikon harus berdasar pada hubungan antar manusia di masyarakat, serta perlunya adanya moralitas dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB III
P E N U T U P
3.1Kesimpulan
Berdasarkan uraian isi makalah yang masih terbatas di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.Dalam dunia bedah plastik, silikon khususnya silikon padat biasanya digunakan untuk implan hidung, dagu dan pipi sedangkan silikon dalam bentuk cair dalam dunia medis digunakan dalam operasi retina, tetapi silikon cair yang disuntikkan ke organ tubuh akan meresap ke organ tubuh, dampaknya sangat sulit dikontrol. Sehingga, penyuntikan organ tubuh dengan silikon cair untuk keperluan apapun tidak diperkenankan.
2.Kajian bioetika, pemanfaatan silikon untuk kebutuhan hidup merupakan hal yang tidak etik dan banyak menimbulkan korban akibat suntik silikon sehingga secara etik tidak diterima ini mengandung arti bahwa kita tidak menghargai/menghormati diri kita sendiri
3.Kajian agama Islam, menurut hukum syara sesuai dengan firman Allah yang berbunyi (wallahu ‘alam)”Jangan bawa diri kalian dalam kerusakan dengan keinginan untuk mempercantik dan memperindah diri, dengan kesimpulan sebagai berikut:
a.Operasi plastik (menggunakan silikon) merubah ciptaan Allah Swt
b.Adanya unsur pemalsuan dan penipuan
c.Dari sisi lain, bahwa negatifnya lebih banyak dari manfaatnya, karena bahaya yang akan terjadi sangat besar apabila operasi itu gagal, bisa menyebabkan kerusakan anggota badan bahkan kematian.
d.Syarat pembedahan  yang dibenarkan Islam; memiliki keperluan untuk tujuan kesehatan semata-mata dan tiada niat lain, diakui doktor profesional yang ahli dalam bidang itu bahwa pembedahan akan berhasil dilakukan tanpa risiko, bahaya dan mudarat
e.Untuk pemakaian kosmetik, disyaratkan kandungannya halal, tidak dari najis (kolagen / plasenta) dan tidak berlebihan (tabarruj) akan tetapi behias ini sangat di tekankan bagi mereka yang ingin menyenangkan suaminya.
4.Kajian Agama Kristen, beberapa kutipan Alkitab antara lain:
Bahwa kita manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat mulia, apa yang sudah diberikanNya kepada kita, bagaimanapun kondisi tubuh kita, itu merupakan gambaran Allah. Apapun yang menjadi kekurangan kita bukan merupakan batu sandungan bagi kita, tetapi dengan kekurangan yang kita miliki dapat kita gunakan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan karena kutipan Yesaya 43 : 4a menyatakan ; “ Oleh karena engkau berharga dimata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau.
Dari ayat di atas mengandung arti bahwa kita tidak boleh merubah apa yang telah diciptakan-Nya
5.Kajian budaya masyarakat, perkembangan teknologi yang sangat cepat, dalam mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh serta menghadapi resiko besar yang mungkin terjadi, seyogyanya kita jangan menggunakan tolak ukur budaya negara-negara maju, tetapi mungkin akan lebih aman apabila kita menggunakan tolak ukur budaya (filsafat dan agama), kebutuhan masyarakat yang mendesak dalam upaya memecahkan permasalahan pangan, kesehatan industri dan lingkungan.
6.Menurut agama Buddha sangat menekankan larangan untuk membunuh makhluk hidup. Ajaran ini merupakan moral fundamental dari Sang Buddha.
7.Menurut agama Hindu Bunuh diri atau usaha untuk merubaha bentuk dirinya adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu sebab perbuatan tersebut dapat menjadi faktor yang mengganggu karena menghasilkan “karma” buruk. Kehidupan manusia adalah kesempatan yang sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kelahiran kembali.
8.Kajian Filsafat didasarkan pada kajian ontologis, epistomologis, aksiologis dan antropologis

3.2Saran
Berdasarkan uraian isi makalah di atas maka kami sebagai penyusun makalah ini menyarankan kepada pembaca makalah ini untuk tetap menjaga nilai-nilai etika dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Daftar Rujukan
Anonim, 2008. Bahaya Memperbesar Payudara. (Online) htm www. Google. Com diakses 2 November 2008)
---------, 2008. Bahaya Memperbesar Payudara. (Online) http://www susukostum.com 2 November 2008)
---------, 2008. Jenis-jenis silikon http://www google.com (Online) diakses 2 November 2008)
---------, 2008. Silikon\Silikon. (Online) htm http://www google.com Diakses 2 November 2008)
--------, 2008. Silikon www.aridztech.com/lovelornlure/images/Breast-... diakses 2 November 2008)
------, 2008. Silikon Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (Online) diakses 2 November 2008)
Bagir, Z.A. 2005, Bioetis untuk Agama-agama, (Online) (http://www.crcs. ugm.ac .id / staffile /zab /teologi dan_etika_ kehidupan _dan_ kematian. htm, diakses 29 Oktober 2008)
Bertens, 2008. Bioetika, asal-usul dan cakupannya (online) html www. Google. Com diakses 2 November 2008)
Handrawan Nadesul, 2006. Amankah suntik silikon. (Online) http. www.google com. Diakses 2 November 2008)
------- Nadesul, 2008. Amankah suntik silikon. (Online) . www.google com Diakses 2 November 2008)
-------, 2008. Kematian karena suntik silikon. (Online) . www.google com Diakses 2 November 2008)
--------, 2008. Bahaya Suntik Silikon. http. www. Webman.ru/animatioan. 2 November 2008)
Hanoman, 2008. Penyalahgunaan Silikon Ternyata Masih Marak. (Online) http://www google.com Suara Karya Online.

Hanoman, 2008. Klorida-Klorida dari Karbon, Silikon, dan Timbal. (Online) http://www google.com Suara Karya Online.
Hafidzi, 2007. Operasi Plastik, bolehkah Catatan Akhir Kuliah. . (Online) htm 2 November 2008)
Hastine, 2008. Bioetika. alternative therapy, antique, bisnis online dan aku.htm
Raspaty Lucky, 2008. Kaidah dasar bioetika (kedokteran barat). Htm. www.google . com diakses 2 november 2008
Shiddiq Aljawi, 2005. Peranan Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. http. Khilafah. Org. Diakses 3 November 2008.
Widiyati, (2007), Suntikan Haram - Silikon Cair (Online) [www.kabarindonesia.com] diakses 4 September 2008)